Manusia adalah makhluk satu-satunya yang dapat menebang pohon, mengolahnya menjadi lembaran kertas, dan menulis Stop Penggundulan Hutan diatas kertas tersebut.
Laman
Senin, 18 Juni 2012
Jumat, 15 Juni 2012
Konservasi Sumber Daya Alam
Manusia menggunakan sumberdaya alam,
baik biotik maupun abiotik, adalah untuk mendukung kelangsungan hidupnya di
muka bumi. Kebutuhan akan sumberdaya alam cenderung meningkat terus karena
adanya dua faktor utama: (1) pertumbuhan penduduk yang pesat dan; (2)
perkembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Akibt dari penggunaan
sumberdaya alam yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan (carriying
capacity) seperti terjadi sekarang ini telah merugikan manusia itu sendiri.
Karena keseimbangan alam terganggu sehingga tak jarang justru menimbulkan
bencana bagi manusia. Seperti timbulnya erosi, banjir, polusi, hama tanaman dan penyakit
yang sulit diatasi, serta punahnya keanekaragaman hayati.
Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam
Pengertian konservasi sumber daya alam
hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dirumuskan bahwa” pengelolalaan
sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam
undang-undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk
didalamnya hutan.
Sasaran konservasi yang ingin dicapai
menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:
- Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan);
- Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);
- Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).
Pengelolaan dan pemanfaatan untuk
sumber daya hutan, dalam rangka kesinambungan usaha Perlindungan
hutan, dengan maksud konservasi yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah
terjadinya kerusakan agar kelestarian fungsi hutan dapat tetap terjaga.
Dalam upaya perlindungan terhadap
hutan, harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan
atau ekosistem secara global. Lingkungan gobal menurut Soemartono adalah
lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan, yaitu wadah kehidupan yang di
dalamnya berlangsung hubungan saling mempengaruhi (interaksi) antara makhluk
hidup dengan lingkungan setempat.
Disadur
dari berbagai sumber oleh: Deddy Hermansjah, Ketua LSM "Raja Giri" Lumajang
Diperbaharui Agustus 2012
Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kepunahan
Tumbuhan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan tepung melalui proses fotosintesis.
Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar rantai
makanan.
Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kepunahan, dan hal ini akan berkaitan dengan rusaknya rantai makanan.
Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kepunahan, dan hal ini akan berkaitan dengan rusaknya rantai makanan.
Kerusakan yang terjadi
karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya
konsumen tingkat di atasnya. Jika suatu spesies organisme punah, maka spesies
itu tidak pernah akan muncul lagi. Dipandang dari segi ilmu pengetahuan, hal
itu merupakan suatu ke rugian besar.
Dalam mengeksploitasi
sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
- Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis).
- Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih (penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan;
- Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya;
- Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur rusak;
- Menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain;
- Mencegah kebakaran hutan.
[Deddy Hermansjah, Ketua LSM Raja Giri, diperbaharui Agustus 2012]
JIKA
ALAM SUDAH TAK LAGI BERSAHABAT
Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam juga akan menimbulkan biaya yang jauh lebih besar ketimbang dari manfaat ekonomi yang bisa kita ambil ketika "mother nature fights back" dalam bentuk bencana alam dan dampak kerusakan lingkungan terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Apalagi saat ini kita telah mulai merasakan dampak perubahan iklim yang semakin nyata dengan semakin tidak jelasnya batasan antara musim penghujan dan musim kemarau.
Kita bisa lihat akibat perubahan iklim dengan semakin seringnya terdengar berita gagal panen petani atau rusaknya tanaman mereka akibat iklim yang semakin tak menentu. Dampak dari perubahan iklim akibat kurang bijaksananya kita dalam mengeksploitasi SDA (misalnya pembabatan hutan yang tak terkendali) dan manajemen pengelolaan lingkungan hidup yang tidak memperhatikan kaidah kesinambungan (sustainability) tentunya akan sangat berpengaruh dalam mempercepat kehancuran alam tempat kita berpijak.
Jika alam sudah tak bersahabat dan bencana semakin sering tejadi, maka hal ini pun akan berdampak terhadap kita utamanya masyarakat yang masih hidup di bawah ambang batas kemiskinan di pedesaan dan kawasan terpencil yang masih menggantungkan hidupnya kepada pertanian. Selain itu, eksploitasi SDA yang kurang bijaksana akan menyebabkan hilangnya ecosystem service seperti udara bersih dan segar, air bersih, dan keseimbangan ekosistem yang turut menopang keberlanjutan kehidupan manusia.
[Oleh: Deddy Hermansjah, Ketua LSM "Raja Giri"]
Diperbaharui Desember 2012
prolog
JIKA POHON TERAKHIR TELAH TERTEBANG,
JIKA SUNGAI TERAKHIR TELAH TERCEMAR,
DAN
JIKA IKAN TERAKHIR TELAH TERTANGKAP
MAKA,
KITA BARU AKAN SADAR
BAHWA,
SEBENARNYA KITA TIDAK BISA MAKAN UANG
JIKA SUNGAI TERAKHIR TELAH TERCEMAR,
DAN
JIKA IKAN TERAKHIR TELAH TERTANGKAP
MAKA,
KITA BARU AKAN SADAR
BAHWA,
SEBENARNYA KITA TIDAK BISA MAKAN UANG
Langganan:
Postingan (Atom)